Cerita Si Kuncung Yang bengis "Mimpi Yang Berarti"
Cerita Si Kuncung Yang bengis "Mimpi Yang Berarti" - Kuncung berdiam di lereng gunung, di sebuah desa. Desa Sidodadi namanya. Pada saat itu belum banyak sekolah seperti sekarang. Kuncung tidak bersekolah, sehingga tiap hari hanya bermain kian kemari. Sifat yang kurang baik, Kuncung senang menyiksa binatang. Ke mana saja ia pergi, tidak ketinggalan selalu membawa katapel. Sedang kantung bajunya penuh dengan batu-batu kecil. Apabila melihat burung di dahan,selalu menjadi sasarannya. Dan apabila burung itu kena, jatuh, kemudian dibanting begitu saja.
Sungguh kejam si Kuncung. Si Kuncung tidak banyak teman. Anak-anak tidak senang kepada si Kunung karena nakal. Lihatlah si Kuncung sedang bermain-main di tepi desa dekat sungai. Ia sedang menyiksa katak, dilempari batu, sehingga katak itu mati. Ia berjalan sambil menengok ke kanan, melihat ke kiri, kalau-kalau ada burung, katapel sudah siap di tangan. Tidak terasa, Kuncung sekarang sudah memasuki hutan. Karena lelah, ia duduk di bawah pohon yang rindang.
Angin bertiup sepoi-sepoi basa, membawa kesejukan bagi Kuncung yang melepaskan lelah. Tertidurlah ia. Karena lelahnya, Dalam tidurnya lama juga ia tidur. Kuncung bermimpi aneh. Jalan menuju desa Sidodadi tidak lagi tampak jelas. Yang kelihatan hanyalah sebuah desa. Kuncung segera berjalan, menuju ke desa itu. Lucu sekali keadaan desa itu. Sedang nama desa itu, desa Ajaib. Memang aneh dan ajaib desa itu, karena penghuni desa itu sebangsa binatang melata. Rumah mereka terbuat dari bekas kardus, kaleng bekas, dan tempurung. Tidak ada seorang manusia pun kecuali si Kuncung.
Cerita Di dalam Mimpi Si Kuncung:
Tiba-tiba ada suara memanggil, "Kuncung, hendak ke mana, engkau?"
Kuncung sangat heran, tetapi ia tidak lupa itu suara katak yang tadi disiksa.
Terdengar suara lagi, "Apakah kamu akan membunuh katak, bangsaku?"
"Tidak! Aku tersesat. Akan pulang tidak mengetahui jalannya, Tolonglah aku Katak!"
"Baiklah, asalkan kamu jangan suka menyiksa binatang. Pergilah ke arah utara, nanti sebelum matahari terbenam, tentu kamu sudah sampai di rumahmu!"
Kuncung cepat berjalan, karena ia sudah mulai sudah merasa lapar, ingin segera samapai ke rumah. Lagi-lagi ada suara memanggil, "Kuncung, jangan kamu lanjutkan perjalananmu! Engkau akan tersesat! Katak tadi mendustai engkau. Katak sangat benci padamu, karena sering kau siksa."
Kuncung berhenti, tampaklah seekor ulat yang sudah tua memakai kacamata.
Ulat itu berkata, "Kuncung, aku dapat menolong kamu, asal kamu mau menolong aku terlebih dahulu. Mudah saja. Aku akan mulai bertapa. Kamu harus menjaga aku, agar kepompongku tidak rusak. Sanggupkah engkau?"
"Aku sanggup! Ujar si Kuncung."
Ulat tua memilih tempat yang aman. Di bawah daun yang rindang. Dan mulailah bertapa. Kuncung mulai bertugas menjaga ulat itu. Karena tenang sunyi-senyap sekelilingnya, Kuncung teringat semua perbuatannya. Kekejamannya terhadap binatang. Ia sangat menyesal, mengapa ia dahulu begitu kejam. Setelah cukup lama ulat bertapa, akhirnya ia berubah menjadi seorang bidadari yang sangat cantik. Kuncung mau lari karena takut.
Bidadari segera berkata,"Kuncung yang baik. Janganlah kamu lari. Mengapa kamu takut? Aku adalah bidadari yang keluar dari kepompong itu. Nanti engkauakan kuantar pulang. Tetapi sebelum itu, akan aku tunjukan kepadamu sifat baik dan sifat jelek. Kuncung hanya diam, dan mengikuti bidadari, naik tangga yang sangat tinngi. Sampailah pada suatu tempat.
Bidadari berkata, "Kunccung, di sini akan saya tunjukan taman jahat. Lihatlah keadaannya serba teratur. Penghuni di situ adalah anak-anak yang sukar datur. Semua bersifat jahat: suka mencuri, pembohong, tidak menurut kata orang tuanya, berani terhadap guru. Kesenangannya mereka berkelahi, bertengkar dan menyiksa binatang. Dan lebih jahat lagi, mereka tidak pernah bertaqwa kepada Tuhan. Tampak olehmu betapa menyedihkan keadaannya."
Kuncung tersentuh hatinya, dia anak yang nakal dan beberapa persamaan yang ia jalankan. Jadi, Kuncung menyadari kalau ia dapat dimasukan golongan penghuni taman jahat. Hatinya bagai tertusuk, ia menangis tersedu-sedu. Bidadari mengetahui hal itu sangat senang hatinya, karena dengan melihat taman jahat itu Kuncung akan sadar.
Bidadari berkata, "Mengapa menangis, Kuncung. Kalau engkau selalu berbuat baik, tidak mungkin engkau menjadi penghuni di situ. Nah, sekarang akan saya tunjukan taman indah, yang terdapat di sebelah kanan tangga. Lihatlah, ini taman indah. Serba teratur keadaannya. Rumah-rumah diatur, halaman penuh dengan bunga semerbak mewangi. Matahari bersinar terang, membawa kebahagiaan. Penghuni taman indah, anak-anak yang serba meneynangkan. Lemah-lembut bahasanya. Bersih pakaiannya, dan mereka sangat taat kepada orang tua dan gurunya. Hati jujur, kerukunan terjalin erat. Dan di situ banyak tempat ibadah. Itu lihatla, mesjid penuh anak-anak yang belajar mengaji Al-Quran. Di sana ada gereja, anak-anak tekun mempelajari Agamanya.
Sekarang engkau tentu heran melihat gedung yang baru itu. Nah, itu adalah sekolah, tempat anak-anak dilatih, dididik oleh guru, agara mereka kelak menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Nah, bagaiamana Kuncung? Kamu pilih yang mana? taman jahat ataukah taman indah? Untuk menjadi penghuni taman jahat mudah bagimu! Teruskanlah sikapmu yang bengis. Suka menyiksa binatang, senang melawan orang tuamu, dan pergi tidak menentu. Sebaliknya kalau kamu ingin menjadi penghuni taman indah, mudah juga. Begini caranya. Kamu ubah semua sifat yang jahat menjadi baik. Suka menolong kepada sesama hidup. Segala nasihat oarang tua dan gurumu harus engkau laksanakan dengan sepenuh hati. Apa yang tidak direstui ayah dan ibu tidak boleh diteruskan. Semua perintah dan petunjuk guru harus engkau kerjakan. Yang penting lagi bertakwa kepada tuhan."
Kuncung mendengarkan iru semua dengan air mata melelh di pipinya. Insaf dan sadar, betapa salah dan jahat perbuatannya dahulu. Ia berjanji akan menjadi anak yang baik. Kuncung akan mengucapkan terima kasih kepada bidadari, tetapi alangkah terkejutnya bidadari telah pergi. Kuncung membuka matanya.....Astaga.....ia hanya bermimpi waktu tertidur di bawah pohon tadi Meskipun hanya dalam mimpi, tetapi impian itu dapat mengubah cara hidupnya. Mulai saat Kuncung selalu brsikap baik. Halus tutur katanya. Sopan tingkah lakunya.
Katapel yang dahulu menjadi temannya sekarang dibuang, dilempar ke sungai. Dia tekun sekolah, meskipun sekolah letaknya jauh dari rumahnya. Besar tanggung jawabnya, semua tugas yang dibebankan, selesai dengan baik. Semua ia kerjakan ini karena impian yang berarti, tamat, semoga cerita ini ada manpaatnya . Salam (cerita ini dikutip dari buku karangan NY. S. Wardoyo).
Baca cerita lainnya:
Sungguh kejam si Kuncung. Si Kuncung tidak banyak teman. Anak-anak tidak senang kepada si Kunung karena nakal. Lihatlah si Kuncung sedang bermain-main di tepi desa dekat sungai. Ia sedang menyiksa katak, dilempari batu, sehingga katak itu mati. Ia berjalan sambil menengok ke kanan, melihat ke kiri, kalau-kalau ada burung, katapel sudah siap di tangan. Tidak terasa, Kuncung sekarang sudah memasuki hutan. Karena lelah, ia duduk di bawah pohon yang rindang.
Angin bertiup sepoi-sepoi basa, membawa kesejukan bagi Kuncung yang melepaskan lelah. Tertidurlah ia. Karena lelahnya, Dalam tidurnya lama juga ia tidur. Kuncung bermimpi aneh. Jalan menuju desa Sidodadi tidak lagi tampak jelas. Yang kelihatan hanyalah sebuah desa. Kuncung segera berjalan, menuju ke desa itu. Lucu sekali keadaan desa itu. Sedang nama desa itu, desa Ajaib. Memang aneh dan ajaib desa itu, karena penghuni desa itu sebangsa binatang melata. Rumah mereka terbuat dari bekas kardus, kaleng bekas, dan tempurung. Tidak ada seorang manusia pun kecuali si Kuncung.
Cerita Di dalam Mimpi Si Kuncung:
Tiba-tiba ada suara memanggil, "Kuncung, hendak ke mana, engkau?"
Kuncung sangat heran, tetapi ia tidak lupa itu suara katak yang tadi disiksa.
Terdengar suara lagi, "Apakah kamu akan membunuh katak, bangsaku?"
"Tidak! Aku tersesat. Akan pulang tidak mengetahui jalannya, Tolonglah aku Katak!"
"Baiklah, asalkan kamu jangan suka menyiksa binatang. Pergilah ke arah utara, nanti sebelum matahari terbenam, tentu kamu sudah sampai di rumahmu!"
Kuncung cepat berjalan, karena ia sudah mulai sudah merasa lapar, ingin segera samapai ke rumah. Lagi-lagi ada suara memanggil, "Kuncung, jangan kamu lanjutkan perjalananmu! Engkau akan tersesat! Katak tadi mendustai engkau. Katak sangat benci padamu, karena sering kau siksa."
Kuncung berhenti, tampaklah seekor ulat yang sudah tua memakai kacamata.
Ulat itu berkata, "Kuncung, aku dapat menolong kamu, asal kamu mau menolong aku terlebih dahulu. Mudah saja. Aku akan mulai bertapa. Kamu harus menjaga aku, agar kepompongku tidak rusak. Sanggupkah engkau?"
"Aku sanggup! Ujar si Kuncung."
Ilutrasi Ulat dan si Kuncung |
Bidadari segera berkata,"Kuncung yang baik. Janganlah kamu lari. Mengapa kamu takut? Aku adalah bidadari yang keluar dari kepompong itu. Nanti engkauakan kuantar pulang. Tetapi sebelum itu, akan aku tunjukan kepadamu sifat baik dan sifat jelek. Kuncung hanya diam, dan mengikuti bidadari, naik tangga yang sangat tinngi. Sampailah pada suatu tempat.
Bidadari berkata, "Kunccung, di sini akan saya tunjukan taman jahat. Lihatlah keadaannya serba teratur. Penghuni di situ adalah anak-anak yang sukar datur. Semua bersifat jahat: suka mencuri, pembohong, tidak menurut kata orang tuanya, berani terhadap guru. Kesenangannya mereka berkelahi, bertengkar dan menyiksa binatang. Dan lebih jahat lagi, mereka tidak pernah bertaqwa kepada Tuhan. Tampak olehmu betapa menyedihkan keadaannya."
Kuncung tersentuh hatinya, dia anak yang nakal dan beberapa persamaan yang ia jalankan. Jadi, Kuncung menyadari kalau ia dapat dimasukan golongan penghuni taman jahat. Hatinya bagai tertusuk, ia menangis tersedu-sedu. Bidadari mengetahui hal itu sangat senang hatinya, karena dengan melihat taman jahat itu Kuncung akan sadar.
Bidadari berkata, "Mengapa menangis, Kuncung. Kalau engkau selalu berbuat baik, tidak mungkin engkau menjadi penghuni di situ. Nah, sekarang akan saya tunjukan taman indah, yang terdapat di sebelah kanan tangga. Lihatlah, ini taman indah. Serba teratur keadaannya. Rumah-rumah diatur, halaman penuh dengan bunga semerbak mewangi. Matahari bersinar terang, membawa kebahagiaan. Penghuni taman indah, anak-anak yang serba meneynangkan. Lemah-lembut bahasanya. Bersih pakaiannya, dan mereka sangat taat kepada orang tua dan gurunya. Hati jujur, kerukunan terjalin erat. Dan di situ banyak tempat ibadah. Itu lihatla, mesjid penuh anak-anak yang belajar mengaji Al-Quran. Di sana ada gereja, anak-anak tekun mempelajari Agamanya.
Sekarang engkau tentu heran melihat gedung yang baru itu. Nah, itu adalah sekolah, tempat anak-anak dilatih, dididik oleh guru, agara mereka kelak menjadi manusia yang cerdas, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Nah, bagaiamana Kuncung? Kamu pilih yang mana? taman jahat ataukah taman indah? Untuk menjadi penghuni taman jahat mudah bagimu! Teruskanlah sikapmu yang bengis. Suka menyiksa binatang, senang melawan orang tuamu, dan pergi tidak menentu. Sebaliknya kalau kamu ingin menjadi penghuni taman indah, mudah juga. Begini caranya. Kamu ubah semua sifat yang jahat menjadi baik. Suka menolong kepada sesama hidup. Segala nasihat oarang tua dan gurumu harus engkau laksanakan dengan sepenuh hati. Apa yang tidak direstui ayah dan ibu tidak boleh diteruskan. Semua perintah dan petunjuk guru harus engkau kerjakan. Yang penting lagi bertakwa kepada tuhan."
Kuncung mendengarkan iru semua dengan air mata melelh di pipinya. Insaf dan sadar, betapa salah dan jahat perbuatannya dahulu. Ia berjanji akan menjadi anak yang baik. Kuncung akan mengucapkan terima kasih kepada bidadari, tetapi alangkah terkejutnya bidadari telah pergi. Kuncung membuka matanya.....Astaga.....ia hanya bermimpi waktu tertidur di bawah pohon tadi Meskipun hanya dalam mimpi, tetapi impian itu dapat mengubah cara hidupnya. Mulai saat Kuncung selalu brsikap baik. Halus tutur katanya. Sopan tingkah lakunya.
Katapel yang dahulu menjadi temannya sekarang dibuang, dilempar ke sungai. Dia tekun sekolah, meskipun sekolah letaknya jauh dari rumahnya. Besar tanggung jawabnya, semua tugas yang dibebankan, selesai dengan baik. Semua ia kerjakan ini karena impian yang berarti, tamat, semoga cerita ini ada manpaatnya . Salam (cerita ini dikutip dari buku karangan NY. S. Wardoyo).
Baca cerita lainnya: