Cerita Katak Dan Gajah "Rumah Yang Terbaik"
Cerita Katak Dan Gajah "Rumah Yang Terbaik" - Setiap orang ingin mempunyai rumah untuk berteduh di waktu hujan, berlindung di waktu panas. Rumah yang bagaimanakah yang dikatakan terbaik? Itulah cerita ini..
Ada seekor katak, berdiam di sebuah telaga. Telah lama ia menempati lubang di bawah batu di sudut telaga. Tenteram hidupnya, karena telaga itu banyak ikannya. Di sekeliling telaga telaga tumbuh banyak pohonbesar, yang menyebabkan sejuk. Sayang sekali keadaan yang menyenangkan itu, tidak disadari oleh si katak. Jangankan ia bersyukur kepada Tuhan, bahkan katak selaalu bersedih hati.
Dengarkan kata si katak, "Alangkah celakanya hidupku ini. Dari dahulu sampai sekarang tanpa perubahan. Bosan aku! Bosan aku hidup di telaga ini. Ikan makin kurus-kurus menyebabkan akau selalu lapar."
Gajah yang akan minum di telaga itu, mendengar apa yang dikatakan katak, maka ia menyahut, "Katak, apa katamu? Lihatlah matahari bersinar cerah. Seluruh alam bergembira, apa sebab kamu bersedih hati?"
Katak terkejut, dan timbullah niatnya, akan menanyakaan sesuatu kepada gajah. Katak melompat ke tepian telaga.
"Betul gajah, aku sangat kesal. Bosan, bosan rasanya hidup di telaga ini. Aku percaya engkau tentu dapat menolong aku. Tunjukan padaku, di mana rumah yang terbaik?"
Gajah heran, telaga yang seindah itu, dipandang membosankan bagi katak.
"Entahlah katak, aku tidak tahu. Tanyakan kepada kambing yang sedang makan rumput itu."
Gajah berlalu begitu saja, setelah minum. Katak kurang senang melihat sikap gajah, dan ia segera melompat, menghampiri kambing, sambil berkata, "Temanku Kambing, jangan melamun."
Kambing terkejut mendengar teguran katak, "O, Katak, mari dengarkan kataku. Bertahun-tahun aku hidup di dekat telaga ini, Bosan, bosan aku. Makan rumput, rumput sekali lagi rumput. Bosan aku!"
"Amboi, sama dengan aku! Aku juga bosan, setiap hari terus begini. Aku katakan kepada gajah, ia malahan marah. Aku kira hanyalah burung gaok yang dapat menolong kita. Dia terbang ke mana-mana, tentu mengerti di mana letak rumah yang terbaik.
Katak dan Kambing bersepakat menari burung gaok, yang bersarang di lubang pohon kenari, tidak jauh dari telaga.
"Nah itu dia burung gaok," kata katak.
"Mengapa ia tampak sayu? tanya kambing.
Burung gaok heran melihat katak bersama-sama dengan kambing. Burung gaok berkata, "Baru sekarang aku melihat katak bermain dengan kambing. Ada perlu, kawan-kawan?"
"Jangan heran gaok. Aku dan katak senasib,. Yaitu merasa bosan hidup di sekitar telaga ini. Nah, aku, dan katak, datang kemari ingin minta bantuanmu. Gaok, coba tunjukan, di mana letak rumah yang terbaik? Kami akan pindah ke sana!"
"Itu maksudmu? Kalau begitu, kita bertiga senasib. Mulai tadi malam aku tidak dapat tidur, karena memikirkan nasibku. Daun kenari berguguran, dan sama sekali tidak ada ulat sebagai makananku. Aku telah bosan, dan tidak sanggup lagi hidup di pohon kenari yang sudah tua ini!" Akummempunyai rencana akan mencari kancil, dia tentu dapat menunjukan rumah yang terbaik," kata burung gaok.
Matahari makin tinggi, dan ketiga binatang itu berjalan dengan cara mereka masing-masing, mencari kancil. Akhirnya mereka sampai di tepi hutan. Kancil sedang enak-enak makan mentimun di ladang orang.
Kambing tidak sabar lagi, berserulah ia, "Kancil sahabatku! Asyik benar begitu segar makan mentimun di ladang orang."
"Memang, selamanya aku selalu nsyukuri rahmat Tuhan. Lihatlah mentimun sebanyak ini. Sungguh aku merasa bahagia.
Mari, makanlah mentimun sepuasmu. Heran aku, ada katak, ada kambing, ada burung gaok, Apa maksud Saudara-Saudara ini kemari!"
"Kami bertiga memang mencari engkau. Kami akan minta tolong, tunjukan di mana letak rumah yang terbaik bagi Kami?" kata burung gaok.
"Aneh, aneh sekali.Engkau katak. Telah lama engkau menjadi penghuni telaga itu. . Engkau, kambing, bagaimana ladang tempat tinggalmu? Dekat telaga, enak bukan? Engkau gaok, pohon kenari itu cukup baik, bukan?"
Ketiga binatang menjawab, hampir bersama-sama, "Kancil, kami telah bosan, bosan hidup di sana. Tolonglah sahabat, di mana rumah yang terbaik bagi kami?'
Kancil diam sejenak ia berpikir, mencari akal, agar ketiga binatang ini menyadari kesalahannya, dan mensyukuri pemberian Tuhan,. Kancil berkata dengan sabar, "Begitulah keadaan kalian. Aku sanggup menolong , tetapi kamu bertiga harus berjanji. Setelah menempati rumah yang terbaik ini, Tidak boleh pindah lagi."
Ketiga binatang itu sanggup dan menuruti permintaan kancil. " Sekarang, kamu bertiga berjalanlah ke arah barat, terus membelok ke kiri, di situ ada pohon cukup besar. Nah, itulah pohon yang terbaik untukmu, Gaok. Bersaranglah di situ dengan tentram. Katak dan kambing berjalanlah terus. Dari pohon itu ke arah selatan, akan kamu jumpai sungai banyak berbatu, itulah batu yang paling besar, di bawahnya ada rumah yang terbaik bagi Katak. Banyak ikan, engkau tidak akan kekurangan makan. Tidak jauh dari sungai itu, ada dangau ditengah-tengah ladang. Itulah rumah terbaik untuk Kambing. Sekarang, kerjakan perintahku. Aku akan masuk ke hutan!"
Belum sempat ketiga binatang itu mengucapkan terima kasih, kancil telah lari masuk hutan.
Petunjuk kancil segera dilaksanakan. Mereka bertiga berjalan ke arah barat, belok kiri,. Betul ada pohon besar,. Setelah didekatinya, astaga....pohon itu, tidak lain pohon kenari yang berlubang, tempat gaok bersarang. Gaok mengerti maksud kancil. Ia merasa sangat malu, segera ia terbang masuk lubang pohon kenari itu.
Katak dan kambing melanjutkan perjalanannya, ke arah selatan ada sungai. Banyak batu, dan ada batu yang terbesar. Setelah sampai di dekat batu besar itu, ternyata batu itu berlubang di bawahnya, tempat dimana katak berdiam. Katak mengerti maksud kancil. Rumah yang terbaik, adalah rumah sendiri. Karena malu ia segera melompat, dan menyelam di dalam telaga.
Tinggallah si kambing. Lihat kanan, tengok ke kiri. Tampak olehnya sebuah dangau, dari arah belakang. Segera ia lari, menuju dangau. Terperanjatlah ia, dangau itu terdapat di ladang, di tempat ia berdiam. Dengan penuh kesadaran kambing berkata, "Aku mengerti maksud kancil. Rumah yang terbaik adalah rumah sendiri. Mudah-mudahan gaok dan katak juga insaf tentang hal ini. Ke mana saja kita pergi, tentu kembali ke rumah sendiri. Rumah yang terbaik adalah rumah sendiri. Mudah-mudahan cerita ini ada hikmahnya, salam (buku karangan : Ny.S. Wardoyo).
Baca Cerita yang lainnya:
Ada seekor katak, berdiam di sebuah telaga. Telah lama ia menempati lubang di bawah batu di sudut telaga. Tenteram hidupnya, karena telaga itu banyak ikannya. Di sekeliling telaga telaga tumbuh banyak pohonbesar, yang menyebabkan sejuk. Sayang sekali keadaan yang menyenangkan itu, tidak disadari oleh si katak. Jangankan ia bersyukur kepada Tuhan, bahkan katak selaalu bersedih hati.
Dengarkan kata si katak, "Alangkah celakanya hidupku ini. Dari dahulu sampai sekarang tanpa perubahan. Bosan aku! Bosan aku hidup di telaga ini. Ikan makin kurus-kurus menyebabkan akau selalu lapar."
Gajah yang akan minum di telaga itu, mendengar apa yang dikatakan katak, maka ia menyahut, "Katak, apa katamu? Lihatlah matahari bersinar cerah. Seluruh alam bergembira, apa sebab kamu bersedih hati?"
Katak terkejut, dan timbullah niatnya, akan menanyakaan sesuatu kepada gajah. Katak melompat ke tepian telaga.
Ilustrasi Kodok Dan Gajah |
Gajah heran, telaga yang seindah itu, dipandang membosankan bagi katak.
"Entahlah katak, aku tidak tahu. Tanyakan kepada kambing yang sedang makan rumput itu."
Gajah berlalu begitu saja, setelah minum. Katak kurang senang melihat sikap gajah, dan ia segera melompat, menghampiri kambing, sambil berkata, "Temanku Kambing, jangan melamun."
Kambing terkejut mendengar teguran katak, "O, Katak, mari dengarkan kataku. Bertahun-tahun aku hidup di dekat telaga ini, Bosan, bosan aku. Makan rumput, rumput sekali lagi rumput. Bosan aku!"
"Amboi, sama dengan aku! Aku juga bosan, setiap hari terus begini. Aku katakan kepada gajah, ia malahan marah. Aku kira hanyalah burung gaok yang dapat menolong kita. Dia terbang ke mana-mana, tentu mengerti di mana letak rumah yang terbaik.
Katak dan Kambing bersepakat menari burung gaok, yang bersarang di lubang pohon kenari, tidak jauh dari telaga.
"Nah itu dia burung gaok," kata katak.
"Mengapa ia tampak sayu? tanya kambing.
Burung gaok heran melihat katak bersama-sama dengan kambing. Burung gaok berkata, "Baru sekarang aku melihat katak bermain dengan kambing. Ada perlu, kawan-kawan?"
"Jangan heran gaok. Aku dan katak senasib,. Yaitu merasa bosan hidup di sekitar telaga ini. Nah, aku, dan katak, datang kemari ingin minta bantuanmu. Gaok, coba tunjukan, di mana letak rumah yang terbaik? Kami akan pindah ke sana!"
"Itu maksudmu? Kalau begitu, kita bertiga senasib. Mulai tadi malam aku tidak dapat tidur, karena memikirkan nasibku. Daun kenari berguguran, dan sama sekali tidak ada ulat sebagai makananku. Aku telah bosan, dan tidak sanggup lagi hidup di pohon kenari yang sudah tua ini!" Akummempunyai rencana akan mencari kancil, dia tentu dapat menunjukan rumah yang terbaik," kata burung gaok.
Matahari makin tinggi, dan ketiga binatang itu berjalan dengan cara mereka masing-masing, mencari kancil. Akhirnya mereka sampai di tepi hutan. Kancil sedang enak-enak makan mentimun di ladang orang.
Kambing tidak sabar lagi, berserulah ia, "Kancil sahabatku! Asyik benar begitu segar makan mentimun di ladang orang."
"Memang, selamanya aku selalu nsyukuri rahmat Tuhan. Lihatlah mentimun sebanyak ini. Sungguh aku merasa bahagia.
Mari, makanlah mentimun sepuasmu. Heran aku, ada katak, ada kambing, ada burung gaok, Apa maksud Saudara-Saudara ini kemari!"
"Kami bertiga memang mencari engkau. Kami akan minta tolong, tunjukan di mana letak rumah yang terbaik bagi Kami?" kata burung gaok.
"Aneh, aneh sekali.Engkau katak. Telah lama engkau menjadi penghuni telaga itu. . Engkau, kambing, bagaimana ladang tempat tinggalmu? Dekat telaga, enak bukan? Engkau gaok, pohon kenari itu cukup baik, bukan?"
Ketiga binatang menjawab, hampir bersama-sama, "Kancil, kami telah bosan, bosan hidup di sana. Tolonglah sahabat, di mana rumah yang terbaik bagi kami?'
Kancil diam sejenak ia berpikir, mencari akal, agar ketiga binatang ini menyadari kesalahannya, dan mensyukuri pemberian Tuhan,. Kancil berkata dengan sabar, "Begitulah keadaan kalian. Aku sanggup menolong , tetapi kamu bertiga harus berjanji. Setelah menempati rumah yang terbaik ini, Tidak boleh pindah lagi."
Ketiga binatang itu sanggup dan menuruti permintaan kancil. " Sekarang, kamu bertiga berjalanlah ke arah barat, terus membelok ke kiri, di situ ada pohon cukup besar. Nah, itulah pohon yang terbaik untukmu, Gaok. Bersaranglah di situ dengan tentram. Katak dan kambing berjalanlah terus. Dari pohon itu ke arah selatan, akan kamu jumpai sungai banyak berbatu, itulah batu yang paling besar, di bawahnya ada rumah yang terbaik bagi Katak. Banyak ikan, engkau tidak akan kekurangan makan. Tidak jauh dari sungai itu, ada dangau ditengah-tengah ladang. Itulah rumah terbaik untuk Kambing. Sekarang, kerjakan perintahku. Aku akan masuk ke hutan!"
Belum sempat ketiga binatang itu mengucapkan terima kasih, kancil telah lari masuk hutan.
Petunjuk kancil segera dilaksanakan. Mereka bertiga berjalan ke arah barat, belok kiri,. Betul ada pohon besar,. Setelah didekatinya, astaga....pohon itu, tidak lain pohon kenari yang berlubang, tempat gaok bersarang. Gaok mengerti maksud kancil. Ia merasa sangat malu, segera ia terbang masuk lubang pohon kenari itu.
Katak dan kambing melanjutkan perjalanannya, ke arah selatan ada sungai. Banyak batu, dan ada batu yang terbesar. Setelah sampai di dekat batu besar itu, ternyata batu itu berlubang di bawahnya, tempat dimana katak berdiam. Katak mengerti maksud kancil. Rumah yang terbaik, adalah rumah sendiri. Karena malu ia segera melompat, dan menyelam di dalam telaga.
Tinggallah si kambing. Lihat kanan, tengok ke kiri. Tampak olehnya sebuah dangau, dari arah belakang. Segera ia lari, menuju dangau. Terperanjatlah ia, dangau itu terdapat di ladang, di tempat ia berdiam. Dengan penuh kesadaran kambing berkata, "Aku mengerti maksud kancil. Rumah yang terbaik adalah rumah sendiri. Mudah-mudahan gaok dan katak juga insaf tentang hal ini. Ke mana saja kita pergi, tentu kembali ke rumah sendiri. Rumah yang terbaik adalah rumah sendiri. Mudah-mudahan cerita ini ada hikmahnya, salam (buku karangan : Ny.S. Wardoyo).
Baca Cerita yang lainnya: