--> Skip to main content

Cerita Kupu-Kupu Dan Lebah "Nasihat Yang Berharga"

Cerita Kupu-Kupu Dan Lebah "Nasihat Yang Berharga" - Cerita ini terjadi di dalam sebuah taman bunga. Bunga beraneka warna menghias taman itu sangat indah. Bermacam-macam bunga terdapat disitu. Warna merah, kuning, putih berpadu, menambah indahnya suasana.
     Hari masih pagi....Udaranya sejuk menyegarkan, matahari mulai bersinar terang, membuat gembira seisi alam. Burung-burung ramai berkicau di muka sarangnya. Apabila angin bertiup, berayun-ayunlh bunga ditangkainya.
     Sayang sekali,saat itu sedang musim kemarau, sukar mendapatkan air. Semua menanti datangnya hujan. Bunga-bunga tampak layu, daunya penuh debu.
     Kupu-kupu, kumbang terbang hilir mudik mencari madu. Dari bunga satu ke bunga yang lain, belum juga mendapatkan madu. Lihatlah ada seekor kupu, berwarna kuning emas, si kuning namanya. Ia hinggap pada bunga soka berwarna putih. Ia tampak sedih. Apakah ia terlalu lelah? Mulai pagi mencari madu, tetapi setetes pun belum didapat.
     Matahari makin tinggi, udara makin panas. Kupu Kuning tidak tahu, apabila di dekatnya ada seekor lebah yang asyik menghisap madu.

Cerita Kupu-Kupu Dan Lebah "Nasihat Yang Berharga"
Ilustrasi, Kupu-kupu dan Lebah
Kupu Kuning berkeluh kesah,
           "Oh tiada terasa sekarang sudah siang. Nasib malang, aku belum mendapat madu. Padahal simpananku makanan, telah habis. Oh, betapa celakanya. Aku! Dan bagaimana dengan anak-anaku, mereka akan mati kelaparan."
Lebah mendengar apa yang dikatakan Kuning dan ia berkata, "Kuning, apa sebab engkau mengeluh? Coba katakan! Siapa tahu aku dapat menolongmu."
           "Lebah, engkau tidak merasakan penderitaanku. Lihatlah! Hari sudah siang setetes pun aku belum mendapat madu. Kesal aku1! Mengapa musim kemarau begitu panjang! Bunga-bunga tidak lagi bermadu. Oh, sialan."
           "Sahabatku kuning. Jangan suka mengeluh. Engkau harus mempunyai akal., bagaimana mengatasi kesukaranmu."
          Kuning marah lalu membentak, "Lebah, sampai hati kamu menyalahkan aku. Itu menambah sedihku!"
        Lebah mengerti kalau Kuning berputus asa, dengan kasih sayang berkatalah ia, "Kuning, sahabatku yang manis. Aku juga merasakan penderitaanmu! tetapi aku selalu berusaha untuk tidak kekurangan makan di musim kemarau. Maukah engkau meniru aku? Kalau engkau datang ke rumahku, kamu lihat bukan, rumahku aku petak-petak menjadi beberapa ruangan, atau kamar. Kamar-kamar itu aku pergunakan untuk menyimpan persediaan makan. Kalau musi hujan, bunga-bunga berkembang, penuh madu, aku mencari madu sebanyak mungkin. Tetapi itu semua tidak sekaligus  aku habiskan. Makan secukupnya , sisanya aku simpan di dalam kamar-kamar itu. Apabila musim kemarau datang, aku tidak perlu khawatir, bukanlah ada persediaan makan? Tetapi aku tidak terus bermalas-malasan, aku tetap mencari madu, lumayan mendapat sedikit, kalau kurang dapat mengambil dari persediaan tadi. Dapatkah engkau seperti aku, bekerja giat mencari madu, di musim bunga?"

        "Tidak, tidak mungkin Lebah, Aku tidak dapat membuat rumah seperti rumahmu!" mereka berdiam diri masing-masing mencari aakal. Tiba-tiba Kuning berseru, "Nah Lebah, aku ada pendapat. Biarlah aku mencari madu, pada malam hari saja. Kalau malam hanya kunang saja yang ada, dan ia tidak makan madu. Jadi, aku tidak banyak saingan. Betulkan?"
       Lebah Menjawab, "Itu keliru Kuning. Kunang mempunyai obor, sehingga ia dapat mencari makan pada malam hari. Tetapi kalau engkau, saya kira akan lebih sukar, mencari madu pada malam hari."
       "Tidak Lebah. Aku mempunyai akal. Kalau hanya obor atau lampu aku dapat berusaha. Nanti sore waktu Pak Tani memasang lampu, aku akan minta apinya akan aku pasang pada sayapku!"
       " Amboi, jangan Kuning. Jangan kamu lanjutkan maksudmu, itu berbahaya." Belum juga selesai kata si lebah, Kuning terbang tanpa minta diri.

Singkat Cerita
     Matahari telah terbenam. Malam segera datang, maka gelaplah suasana. Pak Tani menyalakan lampu pelita. Lampu pelita itu tidak memakai semprong. Lebah telah lama hinggap di pohon, tepat di muka rumah Pak Tani. Ia ingin menyaksikan, apa yaang dilakukan si Kuning. Tampak sekarang, si Kuning terbang hilir-mudik di dekat pelita. Ia gembira sekali, karena cita-citanya akan tercapai,. Ia berpikir, "Terlaksanalah cita-citaku. Aku akan minta apai kepada Pak Tani. Akan kupasang di ujung sayapku. dan aku akan leluasa mencari madu, pada malam hari."
          Dengan perasaan takut, ia mendekati pelita yang menyala itu. Kalau terasa panas, ia mundur sedikit. Terdorong ingin segera mendapat obor ia bertindak nekad. Lebah berdebar-debar melihat tingkah laku si Kuning. Ia ingin menahan kehendak si Kuning.
          Kuning makin berani mendekati pelita. Dan....diraihnya api, kemudian ditempelkan pada sayapnya.
          Terbakarlah, terbakarlah sayapnya! Kuningjatuh terkulai dan pingsanlah ia. Lebah tidak sampai hati melihat Kuning. Sangat iba dan terharu hatinya, melihat Kuning tidak berdaya terkapar di atas tanaah. Segeralah lebaah memberi pertolongan. Untunglah ia membawa madu.
        Kuning sangat lemah. Kemudian diberi madu oleh lebah dan diisapnya madu tersebut, lama kelamaan ia dapat bergerak. Di bukalah matanya, tetapi belum dapat bicara.
        Lebah sabar hatinya, dengan penuh kasih sayang berkatalah ia. "Kuning bangunlah, dan isaplah madu sebanyak mungkin agar badanmu lekas kuat."
        Kuning menuruti perintah si lebah. Badannya makin kuat, dan duduklah ia. "Nah kuning, ini semua adalah akibat dari perbuatanmu yang kurang baik. Hatimu dengki, ingin mempunyai obor seperti kunang. Ingin mencari madu di waktu malam agar mendapat madu sebanyak mungkin, itu sifat yang tamak. Ingat Kuning, sayapmu telah sembuh, engkau harus menerima pemberian Tuhan untukmu. Tuhan Maha adil. Rajin dan hemat pangkal bahagia. Jangan iri hati akan kebahagiaan orang lain. Pengalaman pahit ini sebagai pelajaran bagimu," kata lebah menasehati.
       Kuning berjanji pada diri sendiri akan melaksanakan nasihat lebah. Sungguh suatu nasihat yang berharga.

Nah begitulah cerita kupu-kupu dan lebah setelah si Kuning mengalami apa yang terjadi Barulah ia sadar akan kesalahan dengan tidak menuruti nasihat yang lebah katakan. Mudah-mudahan cerita ini bisa diambil hikmahnya. Salam.(dikutip dari karangan: Ny.S. Wardoyo)

Baca Juga cerita :
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar