Kisah Kelinci Yang Cerdik [Dongeng]
[Dongeng] Kelinci Yang Cerdik - Musim kemarau yang panjang sangat menggelisahkan. Bagi manusia kurang air. Sumur dan sungai hampir kering. Bagi tumbuh-tumbuhan tampak layu, daunnya kuning dan berguguran. Semua merindukan hujan.
Pada suatu hari di tepi sebuah hutan, tampak indah sekali. Burung-burung ramai berkicau, kupu-kupu beterbangan, mereka tidak menghiraukan panjangnya musim kemarau.
Tetapi lain halnya dengan kambing, ia tidak menikmati indahnya pagi. Kicauan burung tidak menarik perhatiannya, yang dipikirkan hanya ke mana ia mencari makan untuk hari itu.
Telah beberapa hari, kambing mendapat kesukaran dalam mencari rumput dan daun-daunan. Musim kemarau yang panjang sangat merugikan kambing.
Ia berjalan dengan malas, karena merasa sangat lapar, memang kambing adalah binatang yang suka makan daun-daunan yang masih segar.
Di tengah jalan ia bertemu dengan binatang-binatang lain, tetapi ia tidak mau menegur, tujuannya hanya mencari makan.
Di lain tempat ada seekor kelinci, melompat ke kiri, melompat ke kanan dengan lincahnya. Ia juga mencari daun untuk makannya. Lagipula ia harus mencarikan makan anak-anaknya.
Tiba-tiba ada pohon pisang roboh. Masih ada beberapa helai daun juga, daun-daun muda yang kehijau-hijaun.
Pohon pisang itu roboh melintang di jalan. Kambing melihat itu segera berlari, ia ingin mendapatkan daun pisang. Datangnya bertepatan dengan kelinci. Dengan maksud yang sama ingin mendapatkan daun pisang.
Kedua binatang itu saling berpandangan, keduanya ingin mendapatkan daun pisang itu.
Kambing membentak, katanya "Kelinci, apa kehendakmu?. "Mengambil daun pisang!" jawab kelinci.
"Jangan, ini kepunyaanku. Aku yang lebih dahulu melihat robohnya batang pisang ini."
"Sabarlah, Kambing, kita ini sama-sama binatang pemakan rumput. Lebih baik kita bagi daun pisang ini. Aku hanya membutuhkan daun pisang yang masih muda, untuk anak-anakku . Tidak banyak, lainnya ambillah, Kambing! "Engkau aneh kelinci, anak-anaku juga membutuhkan daun pisang yang muda. Enaknya sendiri saja, minta yang muda! Eh, pergilah sebelum aku marah!.
"Sungguh engkau tamak. Sudahlah, ambil semua!" Sedang mereka bertengkar, datanglah kancil, binatang cerdik dan banyak akalnya. Dia duduk di atas pohon pisang yang menjadi bahan pertengkaran itu. Ia bertanya, "Apa sebab engkau bertengkar?"
Kambing menceritakan semua hal tersebut kepada kancil, kelinci diam saja. Kancil diam sejenak, duduk bersila, tangan diletakan di dahi, tampak ia berpikir, setelah itu ia berkata, "Dengarkan Kambing. Juga engkau kelinci. Sebenarnya di dalam hutan ini tidak ada hukum yang menyebutkan siapa yang melihat dahulu, dia yang memiliki. Maka biarlah, Kelinci mengambil daun pisang yang muda, untuk anak-anaknya!"
"Tidak boleh, ini miliku!" kata kambing.
"Bukan main engkau, Kambing. sekarang aku mendapat akal. Engkau berdua berlomba. Siapa yang menang, mendapat hadiah, daun pisang semuanya. Lihatlah, itu ada tugu. Coba siapa yang dapat menumbangkan, atau merobohkan tugu itu, disebut yang menang, dan mendapat semua daun pisang itu Sekarang, engkau Kambing, robohkan tugu itu!" kata kancil.
Kancil dengan sombong, mendekati tugu itu. Tanpa di pikir dahulu, tugu segera didorong dengan kepalanya. Aduh, berat sungguh. Didorong lagi sekuat tenaga, juga tidak berhasil Berulang kali, dari kiri, dari depan, dari belakang, tidak juga berhasil. Tugu tetap berdiri, hanya sedikit condong.
Kelinci berdiam diri, ia mencari akal, bagaimana cara untuk merobohkan tugu itu. Bersambung....
Pada suatu hari di tepi sebuah hutan, tampak indah sekali. Burung-burung ramai berkicau, kupu-kupu beterbangan, mereka tidak menghiraukan panjangnya musim kemarau.
Tetapi lain halnya dengan kambing, ia tidak menikmati indahnya pagi. Kicauan burung tidak menarik perhatiannya, yang dipikirkan hanya ke mana ia mencari makan untuk hari itu.
Telah beberapa hari, kambing mendapat kesukaran dalam mencari rumput dan daun-daunan. Musim kemarau yang panjang sangat merugikan kambing.
Ia berjalan dengan malas, karena merasa sangat lapar, memang kambing adalah binatang yang suka makan daun-daunan yang masih segar.
Di tengah jalan ia bertemu dengan binatang-binatang lain, tetapi ia tidak mau menegur, tujuannya hanya mencari makan.
Di lain tempat ada seekor kelinci, melompat ke kiri, melompat ke kanan dengan lincahnya. Ia juga mencari daun untuk makannya. Lagipula ia harus mencarikan makan anak-anaknya.
Tiba-tiba ada pohon pisang roboh. Masih ada beberapa helai daun juga, daun-daun muda yang kehijau-hijaun.
Pohon pisang itu roboh melintang di jalan. Kambing melihat itu segera berlari, ia ingin mendapatkan daun pisang. Datangnya bertepatan dengan kelinci. Dengan maksud yang sama ingin mendapatkan daun pisang.
Kedua binatang itu saling berpandangan, keduanya ingin mendapatkan daun pisang itu.
Kambing membentak, katanya "Kelinci, apa kehendakmu?. "Mengambil daun pisang!" jawab kelinci.
"Jangan, ini kepunyaanku. Aku yang lebih dahulu melihat robohnya batang pisang ini."
"Sabarlah, Kambing, kita ini sama-sama binatang pemakan rumput. Lebih baik kita bagi daun pisang ini. Aku hanya membutuhkan daun pisang yang masih muda, untuk anak-anakku . Tidak banyak, lainnya ambillah, Kambing! "Engkau aneh kelinci, anak-anaku juga membutuhkan daun pisang yang muda. Enaknya sendiri saja, minta yang muda! Eh, pergilah sebelum aku marah!.
"Sungguh engkau tamak. Sudahlah, ambil semua!" Sedang mereka bertengkar, datanglah kancil, binatang cerdik dan banyak akalnya. Dia duduk di atas pohon pisang yang menjadi bahan pertengkaran itu. Ia bertanya, "Apa sebab engkau bertengkar?"
Kambing menceritakan semua hal tersebut kepada kancil, kelinci diam saja. Kancil diam sejenak, duduk bersila, tangan diletakan di dahi, tampak ia berpikir, setelah itu ia berkata, "Dengarkan Kambing. Juga engkau kelinci. Sebenarnya di dalam hutan ini tidak ada hukum yang menyebutkan siapa yang melihat dahulu, dia yang memiliki. Maka biarlah, Kelinci mengambil daun pisang yang muda, untuk anak-anaknya!"
"Tidak boleh, ini miliku!" kata kambing.
"Bukan main engkau, Kambing. sekarang aku mendapat akal. Engkau berdua berlomba. Siapa yang menang, mendapat hadiah, daun pisang semuanya. Lihatlah, itu ada tugu. Coba siapa yang dapat menumbangkan, atau merobohkan tugu itu, disebut yang menang, dan mendapat semua daun pisang itu Sekarang, engkau Kambing, robohkan tugu itu!" kata kancil.
Kancil dengan sombong, mendekati tugu itu. Tanpa di pikir dahulu, tugu segera didorong dengan kepalanya. Aduh, berat sungguh. Didorong lagi sekuat tenaga, juga tidak berhasil Berulang kali, dari kiri, dari depan, dari belakang, tidak juga berhasil. Tugu tetap berdiri, hanya sedikit condong.
Kelinci berdiam diri, ia mencari akal, bagaimana cara untuk merobohkan tugu itu. Bersambung....