--> Skip to main content

Semua Bingung Mencari Tempat Berteduh. Rumah Bocor, Hampir Roboh...

Semua Bingung Mencari Tempat Berteduh. Rumah Bocor, Hampir Roboh...
Gambar ilustrasi ibu-ibu pedesaan sedang bergotong royong membersihkan jalan.
Semua Bingung Mencari Tempat Berteduh. Rumah Bocor, Hampir Roboh... - Judul di atas adalah sambungan dari cerita artikel terdahulu yang mengangkat cerita "Kebersamaan membawa kekuatan, Bersatu kita teguh", Di antara penghuni di desa itu, Pak Abas yang terpandai. Ia sedang berjalan-jalan di suatu pagi. Memang akibat turun hujan sehari-hari, desa Dadapan semakin kotor dan becek. Sampailah Pak Abas di muka rumah Pak Basri. Saat itu Pak Basri sedang menjemur alat-alat pertukangan yang tadi malam kehujanan. Pak Abas heran sekali, baru sekarang ia mengetahui bahwa Pak Basri mempunyai alat pertukangan. Dan alat-alat ini sebenarnya dapat digunakan.
     Pak Abas melanjutkan perjalanannya, dan ia melaluli rumah Pak Dimin. Tampak di situ Pak Dimin sedang menyusun batu merah yang tadi malam terbawa air, sehingga banyak yang pecah. Pak Abas heran, ia berkata di dalam hatinya, "Baru aku tahu, bahwa Pak Dimin kaya batu merah, nah ada bahan untuk membuat rumah."
     Terus jalan saja Pak Abas. Sampailah di dekat rumah Bu Edris. Kasihan, Bu Edris sangat bersedih hati. Apa sebab, karena hujan lebat, tumpukan kayunya roboh dan menjadi rusak. Bagaimana ia akan mengatur kayu-kayu itu. Wanita tidak sekuat pria. Bu Edris duduk termenung di muka rumahnya. Hal ini menjadi atatan Pak Abas. Ia melanjutkan perjalanannya sampa ke ujung desa, di tempat Pak Gito berdiam.
    Pak Gito sedang sibuk dengan tumpukan gentingnya. Banyak yang pecah akibat hujan semalam. Mana yang masih utuh diatur kembali, sedangkan yang pecah, dipergunakan untuk menutup tempat-tempat yang becek.
    Pak Abas melihat banyak genting di halaman Pak Gito sangat gembira. Sampai di rumah Pak Abas mulai berpikir, "Semua penghuni Dadapan ingin mempunyai rumah, karena rumah mereka hampir roboh. Sekarang baiklah semua saya kumpulkan untuk merundingkan hal ini."
    Pak Abas adalah orang terpandai di desa Dadapan itu, banyak pengalamannya. Pada waktu yang telah ditentukan, semua penghuni desa Dadapan berkumpul di rumah Pak Abas.
    Pak Abas mulai mengetengahkan rencananya, maka berkatalah ia,"Saudara-saudara, saya tahu bahwa rumah Saudara semua hampir roboh. Apakah Saudara-saudara tidak ingin buat rumah yang kuat?"
    Mereka menjawab serentak, "Betul Pak Abas, membuat rumah yang kuat, telah lama kami idamkan, tetapi bagaimana dengan keadaan kami ini?"
   "Marikita bicarakan. Kalau kita mau bersatu, tentu dapat terlaksana, mempunyai rumah yang kuat. Selain bersatu kita harus berkorban. Apakah Saudara-saudara setuju?" Kata Pak Abas.
    Jawab Serempak,"Setuju, setuju, setuju."
    "Rencana saya begini. Aku tahu sendiri, di desa kita ini semua telah tersedia. Pak Basri mempunyai alat pertukangan lengkap. Pak Dimin mempunya batu merah. Banyak sekali, sehingga memenuhi halamannya. Bu Edris mempunya banyak kayu, peninggalan mendiang Pak Edris. Pak Gito pembuat genting. Lihatlah tumpukan genting di halamannya. Apalagi yang kita butuhkan? Uang untuk membeli bahan-bahan yang belum ada, ini kita dapat beriuran bukan? Bambu di sini banyak sekali. Kita bekerja bergotong royong. Bentuk rumah, kita buat seragam. Sedangkan Bu Edris bertugas menyediakan makan dan minum. Kita kaum pria bertugas membangun rumah. Dan saya sediakan tanah, bagi yang tidak mempunyai tanah. Nah kapan kita mulai pekerjaan raksasa ini?"
   "Secepat mungkin, mudah-mudahan sudah tidak turun hujan lagi," Kata Pak Dimin.
"Baiklah, dan kita mulai dari mana, rumah siapa yang dibangun dahulu?" Kata Pak Abas.
      "Baiklah, kita mulai dari rumah Pak Abas, Karena Pak Abas, yang menemukan cara ini. Setelah itu kta urutkan, menurut deretan huruf. Pak Abas, Pak Basri, Pak Dimin, Bu Edris, kemudian Pak Gito," Sahut Bu Edris.
      "Betul, Betul, aku juga setuju. Sekaligus aku mengusulkan setelah rumah kita selesai dibangun, kita perbaiki pagar dan parit di kampung kita ini!" Kata Pak Gito.

     Setelah semua setuju, maka keesokan harinya pekerjaan itu dimulai. Semua giat bekerja. Semangat gotong royong memperingan pekerjaan. Bu Erdris sibuk menyediakan makanan yang lezat sehingga semua gembira.
    Dua bulan berselang. Pekerjaan semua telah selesai. Lihatlah betapa indahnya desa Dadapan sekarang. Semua serba teratur. Rumah seragam bentuk dan besarnya, parit telah lancar jalan airnya, pagar diatur rapi. Tidak seorang pun sedih. Mereka lebih giat bekerja, karena cita-cita telah tercapai yaitu mempunyai rumah yang kuat dan bagus. Mereka bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itulah makna kata-kata, "Kebersamaan membawa kekuatan, bersatu kita teguh." [Tamat]

Mudah-mudahan saja cerita di atas bermanfaat dan menginspirasi kita semua. Terima kasih kepada pihak yang terkait, kalau ada kesamaan nama saya mohon maaf tidak ada unsur kesengajaan ini hanya cerita rakyat biasa.salam.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar