--> Skip to main content

Kebersamaan Membawa Kekuatan, Bersatu Kita Teguh

Kebersamaan Membawa Kekuatan, Bersatu Kita Teguh
Gambar Ilustrasi,masyarakat sedang bergotong royong membersihkan jalan.

Kebersamaan Membawa Kekuatan,Bersatu Kita Teguh - Ini adalah sebuah cerita yang Saya angkat dari sebuah buku karangan Ny. S Wardoyo, yang mana menceritakan tentang sebuah Desa yang terletak di kaki gunung. Berikut adalah ceritanya. Dadapan adalah nama sebuah desa di kaki gunung. Sayang sekali keadaan desa itu kurang menyenangkan. Jalan-jalan sangat sempit, becek, dan parit-parit tergenang. Rumah-rumah tak teratur. Tidak ada pagar, apalagi taman bunga. Mungkin hal ini disebabkan penghuni desa hanya sedikit sekali.
   Marilah kita datangi rumah yang paling barat. Rumah Pak Abas. Pekarangannya sangat luas namun tidak teratur. Tanaman tumbuh dengan liar, rumput tumbuh setinggi lutut. Sedang rumahnya condong hampir roboh, atapnya daun kelapa yang dianyam, kalau hujan bocor.
   Lama sudah Pak Abas ingin mempunyai rumah yang baik, kuat dan bersih. Tetapi ia tidak mau berusaha. Kapan keinginan itu dapat tercapai?
   Tidak jauh dari rumah Pak Abas sedikit ke arah selatan, ada sebuah rumah lagi. Lebih jelek keadaannya. Rumah siapakah itu?
   Rumah Pak Basri. Halamannya sempit,. Tiang dan dindingn-nya telah rapuh, sehingga hampir roboh.
    Sama dengan Pak Abas, Pak Basri juga sudah lama menginginkan rumah yang besar, baik, dan kuat. Ia hanya mempunyai alat-alat pertukangan, gergaji, pasah, dan bor. Apakah hanya dengan alat itu dapat membuat rumah?
    Semua serba tidak menyenangkan. Apalagi rumah di sebelah ini. Rumah Pak Dimin. Ia adalah seorang pembuat batu bata merah. Setiap hari pekerjaannya membuat batu bata merah. Hasilnya hanya disusun di halaman.Cara menyusunnya tidak teratur. Berserakan! rumah yang ditempati juga akan roboh, dan sebagai penahan, disusunnya batu merah disekeliling rumahnya. Sayang cara penyusunannya tidak teratur.
     Lama sudah Pak Dimin ingin mendirikan rumah. Batu merah telah tersedia. Tetapi apakah cukup dengan batu merah saja. Tetap menjadi cita-cita.
     Masih ada penghuni yang lain. Seorang ibu, bernama Ibu Edris, Sendirian hidupnya, tiada anak, dan suaminya telah lama meninggal dunia. Waktu hidupnya Pak Edris adalah tukang kayu. Sampai sekarang di halaman rumahnya masih banyak sisa kayu yang berserakan. Bgaiamana rumah Ibu Edris? Sama saja dengan yang lain. Hampir roboh dan bocor. Apakah Ibu Edris juga menginginkan rumah yang Baik? Tentu! Tetapi bagi seorang ibu yang yang hanya mempunyai sisa-sisa kayu  kayu, sukar untuk mendirikan rumah. Walaupun demikian cita-cita tetap ada.
    Masih ada penghuni lagi. Pak Gito namanya. Pembuat genting. Rumah ini terdapat di sudut desa. Pekarangannya luas, sehingga banyak tempat untuk membuat genting. Karena jauh dari kota, genting hasil karya itu tidak dapat dijual ke kota. Genting sekian banyaknya hanya disusun di sekitar rumahnya.
    Apakah Pak Gito juga senasib dengan penghuni desa itu? Sama. Rumahnya hampir roboh, dan dikelilingi susunan genting penahan agar tidak roboh.

    Bagaimana cara membuat rumah yang baik, selalu menjadi buah pikiran Pak Gito, tetapi ia hanya mempunyai genting. Nah, sekian penghuni desa Dadapan, tidak ada satu pun yang rumahnya baik dan teratur.
    Di desa itu tidak ada persatuan. Mereka tidak pernah saling bertemu untuk mengadakan musyawarah. Suatu malam turun hujan lebat. Semua bingung menari tempat berteduh. Rumah bocor, hampir roboh,.....(Bersambung ke artikel yang akan mendatang), simak terus ceritanya hanya di blog Mang Jay
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar