--> Skip to main content

Pesan Moral Perjalanan Ibadah Haji

Pesan Moral Perjalanan Ibadah Haji - Permulaan haji adalah kefahaman - yakni tentang kedudukan haji dalam agama serta kerinduan terhadapnya. 'berazam untuk melakukannya, memutuskan berbagai keterkaiatan yang menghalanginya, membeli pakaian ihram, membeli bekal, mempersiapkan kendaraan, kemudian keluar, keberangkatan, ihram dari miqat dengan talbiyah, memasuki mekkah, dan menyempurnakan berbagai amal. Dasalm setiap perkara tersebut terdapat peringatan bagi orang yang yang mencari peringatan dan pelajaran. Juga terdapat pengenalan dan isyarat bagi orang yang "cerdas".


Pesan Moral Perjalanan Ibadah Haji

            
Kefahaman, bahwa tidak ada wushul (pencapaian) kepada Allah SWT kecuali dengan membersihkan diri dari berbagai syahwat, menahan berbagai kelezatan, membatasi diri pada hal-hal yang bersifat primer (dharurat), dan tazarrud (hanya memandang) kepada Allah dalam semua gerak dan diam. Allah telah memberikan ni'mat-nya kepada ummat ini dengan menjadikan haji sebagai "kerahiban" bagi mereka. Allah memulihkan al-Bait al-'Atiq dengan menishbatkannya kepada diri-Nya, menetapkannya sebagai tujuan para hamba-Nya, menjadikannya apa yang ada disekitarnya sebagai kesucian bagi rumah-Nya dan pengagungan urusan_Nya, dan menegaskan kesucian tempat dengan mengharamkan binatang buruan dan pepohonannya, yang dijadikan sebagai tujuan para penziarah dari segenap penjuru nun jauh, dalam keadaan dekil dan berdebu seraya merendahkan diri pemilik "rumah", berserah diri kepadanya karena tunduk kepada keagungan-Nya dan pasrah kepada kepada keperkasaan-Nya.

Kerinduan, Ia akan muncul setelah kefahaman dan kesadaran bahwa rumah itu adalah Baitullah, sehingga orang yang berangkat  menuju kepadanya sama dengan orang-orang yang berangkat menuju Allah dan berziarah kepada-Nya.

'Azam, Maka hendaknya di ketahui bahwa dengan 'azamnya ia bertekad meninggalkan keluarga dan negri, menjauhi berbagai, syahwat dan kelezatan dengan bertujuan menziarahi rumah Allah. Memutuskan berbagai keterkaitan menyelesaikan berbagai  "perkara" atau "sangkutan" yang berkaitan dengan kemaksiatan. karena setiap "perkara" merupakan sangkutan. setiap sangkutan, seperti orang berhutang, akan hadir dan berkaitan dengan talbiyah-talbiyahnya.
       
Dua Pakaian ikhram :
        Maka pada saat itu hendaklah ia mengingat kain kafan yang akan membungkusnya. Ia akan memakai dan bersarung dengan dua kain ikhram pada saat menetap di Baitullah, dan bisa jadi perjalanannya tidak keadaan trbungkus dalam kain kafan. Seperti halnya ia  ia tidak menjumpai Baitullah kecuali dengan pakaian khusus yang tidak bisa di pakai, demikian pula ia tidak akan bertemu Allah setelah kematian kecuali dalam pakaian yang tidak sama dengan pakaian dunia. Pakaian ini sangat dekat dengan pakaian ikhram tersebut sebab tidak berjahit sebagai mana kaian kafan.

Ihram dan talbiyah dari miqat :
       Maka pada saat itu hendaklah ia mengetahui bahwa maknanya ialah menyambut seruan Allah. Syufian bin Uyainan berkata : Ali bin al-Husain ra menunaikan haji dan ketika berikhram di atas kendaraan, wajahnya pucat pasi, badannya gemetar dan tidak bertalbiyah? ia menjawab: " aku takut bila dikatakan kepadaku, tidak ada sambutan untukmu dan tidak ada kebahagiaan bagimu". Ketika ber-talbiyah  dengan suara keras di miqat hendaknya orang yang bertalbiyah mengingat akan sambutannya kepada manusia untuk mengerjakan haji." (al-Hajj:27).
       
Thawaf di Baitullah: 
      Maka ketauhilah bahwa ia adalah shalat. Karena itu, hadirkanlah ta'zhim, rasa cemas, harap dan cinta (yang telah di jelaskan dalam bab sholat) di dalam hatimu. Ketauhilah bahwa dengan thawaf engkau seperti malaikat muqarrabin yang berkerumun diseputar 'Arsy dan mengelilinginya . Janganlah Anda mengira bahwa tujuan thawaf adalah semata-mata mengelilingi Baitullah denga jasad, tetapi maksud utamanya adalah thawaf hati dengan  mengingat Tuhan pemilik rumah, sehingga janganlah mengakhiri dzikir kecuali  dengan_Nya, sebagaimana Anda memulai Thawaf dari Ka'bah dan berakhir di Ka'ah.

Istilah ( mencium atau menyentuh Hajar Aswad) :
        Maka yakinlah pada saat itu bahwa engkau telah berbai'at kepada allah untuk mentaati-Nya. Kuatkanlah tekadmu untuk menepati bai'atmu. Barang siapasiapa menghianati bi'at maka ia berhak mendapatkan murka. Ibnu Abbas ra meriwayatkan dari Rasullah saw bahwa beliau bersabda : "Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di muka bumi  yang dengannya dia menyalami mkhluknya-Nya sebagaimana seseorang menyalami saudaranya."  (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan dia men-shahihh-nnya).

 Sa'i antara safa dan Marwah di pelataran Baitullah :
        Maka sesungguhnya ia sama dengan mondar-mandirnya hamba di lapangan rumah Raja demi memperlihatkan keiklasan dalam berkhidmah dan mengharapkan perhatian dengan mata kasih sayang, hendaklah ia mengingat pada saat mondar-mandir antara Shafa dan Marwah itu akan bolak-baliknya dua daun timbangan di lapangan hari kiamat. Hendaklah ia mengingat pula bolak-balik - nya di antara dua daun timbangan itu seraya melihat kepada hasil timbangan itu.seraya melihat kepada hasil timbangan, Sorga atau ampunan.

Wuquf Di Arafah :
        Maka ingatlah - dari pemandangan tentang berjubelnya manusi, alunan suara, perbedaan baahas, dan kelompok-kelompok yang mengikuti para pemimpinnya dalam berbagai pelaksanaan manasik- akan lapangan hari kiamat, pertemuan semua ummat beserta para Nabi dan pemimimpin mereka, kebingungan mereka di sebut lapangan, antara diterima dan ditolak. Bila Anda telah mengingat hal tersebut maka ajaklah hatimu untuk merendah dan berdo'a kepada Allah agar berkenan menghimpun Anda bersama kelompok orang-orang yang sukse dan mendapatkan limpahan kasih sayang.

Melempar Jumrah :
       Maka niatkanlah untuk mematuhi perintah, demi membuktikan kehambaan dan 'Ubudiyah, dan bergegas semata-mata melaksanakan perintah tanpa berpikir panjang, disamping meneladani Nabi Ibrahim ketika dihadang iblis la'nattullahh di tempat tersebut lalu Allah memerintahkannya agar melemparinya dengan batu dalam rangka mengusir dan menggagalkan harapannya.

Menyembelih Binatang Qurban (hadyu) : merupakan Taqqorrub kepada Allah dengan melaksanakan perintah. Karena itu, persiapkanlah binatang hadyu tersebut. Semakin besar dan banyak bagian-bagian binatang hadyu itu dengan sempurna dan berharaplah kepada Allah agar Dia membebaskan setiap jasadmu dari api neraka dengan setiap hadyu tersebut.

Itulah beberapa Wazhifah hati dalam berbagai amalan haji. Jika telah selesai dari semua rangkaian amalan tersebut maka hendaklah hatinya merasa bersedih dan cemas, karena ia tidak tahu apa hajinya diterima dan ditetapkan menjadi kelompok orang-orang yang dicintai ataukah hajinya  tertolak  dan dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang terusir?. Hendaklah ia mengenali hal tersebut dari hati dan berbagai amal perbuatannya. Jika hatinya semakin jauh dari dunia yang penuh tipu daya dan semakin gandrung kepada dunia keakraban dengan Allah, juga mendapati berbagai amal perbuatannya telah sesuai dengan timbangannya syari'at maka ia boleh optimis terhadap penerimaan, karena sesungguhnya Allah tidak menerima kecuali orang yang telah dicintai-Nya dan dijaga dari serangan musuhnya, iblis. Jika hal itu telah nampak pada dirinya maka ahal itu merupakan pertanda penerimaan. Jika yang terjadi adalah kebaikannya maka hasil perjalanaannya tidak lain adalah kepayahan dan keletihan semata-mata, kita berlindung kepada Allah dari hal demikian itu.wallahu Alam Bisawwab.

Sumber dikutip dari, Media pembinaan : Kepala Salafiyah pada Bidang PD Pontren Kanwil Prov. Jabar, pihak yang terkait saya uapkan banyak terima kasih untuk inspirasinya. Salam.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar